Kamis, 05 Mei 2011

Hakekat Belajar

A. Pengertian belajar

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon.

Depdiknas (2003) mendefinisikan 'belajar' sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian bahkan persepsi seseorang. Oleh karena itu dengan menguasai konsep dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.

B. Unsur-unsur belajar

Belajar menurut Gagne (1977:4) dalam Anni (2004:3) merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kaitmengkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa unsur dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Pembelajar
Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta latihan.

b. Rangsangan (stimulus)

Peristiwa yang merangsang penginderaan pembelajaran disebut situasi stimulus. Agar pembelajar mampu belajar optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.

c. Memori
Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.

d. Respon
Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori yang ada di dalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut.

C. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Tujuan yang harus dicapai oleh setiap individu dalam belajar memiliki peranan penting yaitu:

1. Memberikan arah pada kegiatan peserta didikan

2. Untuk mengetahui kemajuan belajar dan perlu tidaknya pemberian peserta didikan pembinaan bagi peserta didik (remidial teaching)

3. Sebagai bahan komunikasi

Benyamin S. Bloom menyampaikan 3 taksonomi dalam ranah belajar yaitu:

1. Ranah kognitif (cognitive domain)

Berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemakhiran intelektual. Ranah kognitif mencakup:

· Pengetahuan : Mengingat atau mengenali informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

· Pemahaman : Memperoleh makna dari peserta didik.

· Penerapan : Menggunakan materi peserta didik di dalam situasi baru dan kongkrit.

· Analisis : Memecahkan material ke dalam bagian-bagian untuk memahami struktur organisasinya.

· Sintesis : Menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur baru.

· Penilaian : Membuat keputusan tentang nilai materi peserta didik untuk tujuan tertentu.

2. Ranah afektif (affective domain)

Berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. Ranah afektif mencakup:

· Penerimaan : Keinginan peserta didik untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu.

· Penanggapan : Partisipasi aktif pada diri peserta didik.

· Penilaian : Nilai yang melekat pada obyek, fenomena atau perilaku tertentu pada peserta didik.

· Pengorganisasian : Perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai, dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal.

· Pembentukan pola hidup : Peserta didik memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lamasehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.

3. Ranah psikomotorik (psychomotoric domain)

Berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi obyek, dan koordinasi syaraf. Ranah psikomotorik mencakup:

· Persepsi : Penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.

· Kesiapan : Pengambilan tipe kegiatan tertentu.

· Gerakan terbimbing : Tahap-tahap awal di dalam belajar keterampilan kompleks.

· Gerakan terbiasa : Tindakan kerja di mana gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir.

· Gerakan kompleks :Kemahiran kinerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks.

· Penyesuaian : Keterampilan yang dikembangkan dengan sangat baik sehingga individu dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.

· Kreativitas : Penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu

D. Hirarki Belajar

Menurut Resnick dan Ford (1984) berikut ini:

“A hierarchy is generated by considering the target task and asking: “ What would (this child) have to know and how to do in order to perform thisk task…?"

Karena itu, hirarki belajar menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau top down (Orton,1987). Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran di puncak dari hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, ketrampilan, atau pengetahuan prasyarat (prerequisite) yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari ketrampilan atau pengetahuan di atasnya itu. Hirarki belajar dari Gagne memungkinkan juga prasyarat yang berbeda untuk kemampuan yang berbeda pula (Orton, 1987).

Sebagai contoh, pemecahan masalah membutuhkan aturan, prinsip dan konsep-konsep terdefinisi sebagai prasyaratnya, yang membutuhkan konsep konkret sebagai prasyarat berikutnya, yang masih membutuhkan kemampuan membedakan (discriminations) sebagai prasyarat berikutnya lagi.

E. Prinsip –Prinsip Belajar

Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar. Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :

1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.

2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.

3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).

4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.

5. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.

Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang harapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran.

F. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Wasty Soemanto (2003:113) dalam belajar, banyak sekali faktor yang mempengaruhi belajar namun dari sekian banyaknya factor yang mempengaruhi belajar, hanya dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu:

1. Faktor-faktor stimuli belajar : Stimuli belajar adalah segala hal di luar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau pembuatan belajar, misalnya panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.

2. Faktor-faktor metode belajar : Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar maka metode yang dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar, misalnya tentang kegiatan berlatih atau praktek, menghafal atau menginggat, pengenalan tentang hasil-hasil belajar, bimbingan dalam belajar.

3. Faktor-faktor individual : Faktor-faktor individual juga sangat besar penggaruhnya terhadap belajar seseorang, misalnya tentang kematangan individu, usia, perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, motivasi, kondisi kesehatan.

G. Jenis Belajar dan Kondisinya

1. Jenis Belajar

Jenis Belajar Menurut Robert M. Gagne

Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu banyak tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada delapan tipe belajar :

a. Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon.dalam konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.

b. Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru member pertanyaan kemudian murid menjawab.

c. Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.

d. Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contohnya yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu. Membuat prosedur dari praktek kayu.

e. Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) siswa menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.

f. Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika teknik.

g. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya siswa tidak mengulangi kesalahannya.

h. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.

2. Kondisi Belajar

Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaryhi proses dan hasil belajar. Definisi lain tentang kondisi belajar adalah suatu yang mana terjadi aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Sedangkan menurut Gagne dalam bukunya “Condition of learning” (1977) menyatakan “The occurence of learningis inferred from a difference in human being’s performance before and after being placed in a learning situation”.

Terjadinya belajar pada manusia terdapat perbedaan dalam penampilan kinerja manusia sebelum dan sesudah ia ditempatkan pada situasi belajar. Dengan kata lain ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situasi belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku (performance) pada seseorang setelah ia ditempatkan pada situasi tersebut. Gagne membagi kondisi belajar atas dua, yaitu:

a. Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru yang dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi (ingat information processing theory Gagne).

b. Kondisi Eksternal (eksternal condition) adalah situasi perangsang di luar diri si belajar. Kondisi belajar yang diperlukan untuk belajar berbeda-beda untuk setiap kasus. Begitu pula dengan jenis kemampuan belajar yang berbeda akan membutuhkan kemampuan belajar sebelumnya yang berbeda dan kondisi eksternal yang berbeda pula


Kesimpulan

Pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar adalah terjadinya perubahan perilaku pada diri orang tersebut. Perubahan perilaku tersebut, misalnya, dapat berupa: dari tidak tahu sama sekali menjadi samar samar, dari kurang mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi terampil, dari anak pembangkang menjadi penurut, dari pembohong menjadi jujur, dari kurang taqwa menjadi lebih taqwa, dll. Jadi, perubahan sebagai hasil kegiatan belajar dapat berupa aspek kognitif, psikomotor maupun afektif.

Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang harapkan. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar, dan kondisi belajar masing-masing peserta didik sangat berpengaruh pada hasil belajar mereka.

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal batas usia, dan berlangsung seumur hidup Hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar, yaitu perubahan ke arah yang positif.


Achamd Rifa’i, dkk. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang : UNNES PRESS

Bell, F.H. (1978). Teaching and Learning Mathematics. lowa: WBC.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud berkerjasama dengan Rineka

Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

Minggu, 01 Mei 2011

Contoh Form Penilaian Tes Kinerja

Mata pelajaran : Teknologi Informasi dan Komunikasi

Kelas : XII Semester 2

Waktu : 2 x 45 menit

A. Standar Kompetensi

Mempelajari software photoshop

B. Kompetensi Dasar

Menggabungkan dan mengedit beberapa fto menjadi satu bagian

C. Penilaian

No

Kompetensi

Skor

Nilai

1

Persiapan kerja

1. Persiapan operator

( Pakaian kerja, Kesehatan, Identitas kerja )

2. Persiapan perangkat kerja

( Alat dan Bahan )

1-5

1-5

2

Pelaksaan / proses kerja

1. Membuka foto di dalam software photoshop

2. Cara menggabungkan foto yang berbeda dalam satu layer

3. Menyusun letak foto yang telah di gabung

4. Mengedit foto yang telah di gabung

5. Memberi efek pada foto

6. Menyimpan foto yang telah di edit

7. Mengeluarkan software photosop

1-5

1-5

1-5

1-5

1-5

1-5

1-5

3

Hasil kerja

1. Kerapian dalam menyusun foto

2. Keserasian dalam memilih gambar

3. Berapa banyak tools yang digunakan dalam mengedit

4. Berapa besar pengaruh effek dalam foto

1-10

1-10

1-10

1-10

4

Keselamatan dan kesehatan kerja

1. Menempatkan alat sesuai prosedur

2. Mengambil alat sesuai prosedur

3. Mengembalikan alat sesuai prosedur

4. Membersihkan tempat praktek

5. Merapikan tempat praktek

1-3

1-3

1-3

1-3

1-3

Nilai Akhir :