1.
Judul : Si
PITUNG
2.
Tujuan : 1. Agar
tidak lupa tentang sejarah – sejarah zaman dahulu
2.
Mengerti
makna perjuangan untuk anak – anak kecil dan anak-anak
muda.
3. Sasaran : Untuk masyarakat luas dan anak sekolah
4.
Durasi : 20 menit
5.
Pelaku :
· Ghozaly sbg Narator
· Maulana sbg Si Pitung
· Roy sbg Bang Piun
· Farri sbg Pok Pinah
· Eko sbg Haji Naipin
·
Pedagang
·
Gunawan
sbg Berandal
·
Iwan
sbg Schout
·
Tunggal
sbg Serdadu
6.
Sinopsis :
Suatu hari di kampung
Rawabelong, hiduplah sepasang suami istri bernama Bang
Piun dan Pok Pinah. Mereka mempunyai seorang anak yang bernama Pitung.
Mereka menitipkan anaknya kepada Haji Naipin, Guru ngaji
yang terkenal di kampungnya, untuk belajar mengaji dan bela diri. Haji Naipin
mempunyai banyak murid. Mereka taat dan patuh pada gurunya. Siang malam mereka
belajar mengaji, membaca, menulis huruf Arab, serta berlatih bela diri. Mereka
juga menjalankan salat lima waktu.
Pada bulan Ramadhan, mereka
menjalankan ibadah puasa. Kehidupan keluarga Bang Piun memang serba terbatas,
untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, mereka bergantung kepada hasil
pertanian yang relatif sedikit. Untuk menambah penghasilan, bang Piun sering
berkeliling kampung untuk mencari buah-buah yang tumbuh di kebun tetangga,
kemudian ia jual lagi setelah diperam.
Dengan berat hati haji
naipin membuka rahasia kekebalan muridnya. Di waktu yang sama si pitung tengah
berada di rumah kekasihnya di kotabambu. Lantas pergilah schout dan pasukannya
ke sana. Kemudian tamatlah riwayat si pitung. Namun, karena jasa-jasanya bagi rakyat
kecil yang pernah ditolongnya, si pitung tetap dikenang sebagai pahlawannya.
Akan tetapi bagi orang yang pernah dirugikan, si pitung tetap dianggap sebagai
penjahat. Dia sudah sepantasnya mendapatkan ganjaran itu
7.
Sekuen
Adegan 1 : Ditempat pak haji nipin si pitung sedang
berlatih silat dan ngaji.
Adgean 2 : Di rumah si pitung.pitung sedang menanyakan
kepada pok pinah.ibunya hari
ini memasak apa dan ibunya menjawab ibu memasak
makanan kesukaan si pitung. Dan bang piun menyuruh pitung menjualkan kambing yang dimiliki mereka ke
pasar.
Adegan 3 : disebuah masjid pitung ditanya berandalan,tapi uang pitung hilang
dicopet
oleh para berandalan itu. Pitungpun
mengejar dan menghajar brandalan itu dan berandalan kalah dan
menyerah,,berandalan itu ingin membantu pitung membantu orang-orang. Kemudian
pitung dan berandalan itu mencuri dirumah –rumah besar dan hasil mencurinya itu
dibagikan kepada masarakat yang kurang mampu.
Adegan 4 : Disuatu rumah besar,pitung dan berandalan
mencuri dirumah itu.ternyata itu
rumah kompeni Schout.
Tapi kali ini pitung dan berandalan itu berhasil mencuri dan kabur. Dan ketika pitung dan berandalan itu beraksi
lagi ternyata mereka sudah diintai oleh Schout dan penjaganya yaitu serdadu-serdadunya.
Dan akhirnya tarjadilah kejar mengejar dan perkelahian. Tapi sayangnya pitung
dan berandalan itu mati tertembak oleh Schout dan serdadu-serdadunya.
8.
Naskah
No
|
PELAKU
|
URAIAN
|
1
|
Musik
|
OPENING
IN-UP-DOWN-OUT
|
2
|
Announcer
|
Selamat pagi…Ketemu lagi di 109,7
C- FM Radio (Radionya Para Remaja). Apa kabar ni para pendengar semua..??
Tentu baik-baik aja dong…
Pada kesempatan kali
ini kita akan mendengarkan sebuah naskah doku drama dengan judul SI PITUNG.
Semoga pendengar
semua dapat mengambil pelajaran dari cerita ini yaa… yuuk kita denger sama-sama…
|
3
|
Musik Transisi
|
Backsound Acara
IN-UP-DOWN-OUT
|
4
|
Narator
( Ghozali )
|
Suatu
hari di kampung Rawabelong, hiduplah sepasang suami istri bernama Bang Piun
dan Pok Pinah. Mereka mempunyai seorang anak yang bernama Pitung. Mereka
menitipkan anaknya kepada Haji Naipin, Guru ngaji yang terkenal di
kampungnya, untuk belajar mengaji dan bela diri.
|
5.
|
FX
|
SUARA BURUNG BERKICAU DAN SUARA
ORANG SEDANG BERBINCANG-BINCANG LIRIH
|
6
|
Pitung
( Maulana )
|
hiaaaaat! Hiaaaaaat!(zzz)
|
7
|
Haji Naipin
( Eko )
|
Bagus Pitung! Matamu juga harus
awas! Nah begitu! Inget, tung, silat ntu Cuma buat ngelindungi diri. Jangan
kau buat untuk mencelakakan orang lain!
|
8
|
Pitung
( Mulana )
|
baik guru! Saya mengerti!
|
9
|
Haji Nipin
( Eko )
|
Bagus itu, Tung! Habis ini kita
ngaji.
|
10
|
Pitung
( Maulana )
|
baik guru
|
11
|
Narator
( Ghozali )
|
Haji
Naipin mempunyai banyak murid. Mereka taat dan patuh pada gurunya. Siang
malam mereka belajar mengaji, membaca, menulis huruf Arab, serta berlatih
bela diri. Mereka juga menjalankan salat lima waktu. Pada bulan Ramadhan,
mereka menjalankan ibadah puasa. Suatu sore ketika pulang mengaji, pitung
mengobrol dengan orang tuanya
|
12
|
Bang Piun
( Roy )
|
Kamu senang tinggal di tempat
Haji Naipin, Tung?
( menegaskan )
|
13
|
Pitung
( Maulana )
|
Seneng sekali yah, disono banyak
temen
|
14
|
Bang Piun
( Roy)
|
kamu udah pinter ngaji ya?
|
15
|
Pitung
( Maulana )
|
dikit-dikit, yah
|
16
|
Bang Piun
( Roy )
|
Syukurlah, Tung. Pokoknya kamu
nurut saja sama gurumu itu…
Ayah ikut senang kamu jadi
muridnye.
( menyampaikan pesan )
|
17
|
Pitung
( Maulana )
|
Baik yah, aye bakalan jadi murid
yang baek.
|
18
|
Bang Piun
( Roy )
|
Ha… ha… ha…, itu baru anakku
( bangga dan senang )
|
19
|
Mpok pinah
( Farri )
|
Jangan lupa..!
Kamu harus terima kasih sama
gurumu..!
Gurumu itu guru yang baik…
Kalo kamu pergi ngaji lagi,
bawain masakan ini buat dia ya.!!
Bilang aja ini oleh-oleh dari
ayahmu..!!
Gitu yaa tung..!!
|
20
|
Pitung
( Maulana )
|
Emangnya dulu ayah sama haji
naipin temen akrab ya bu..??
|
21
|
Pok Pinah
( Farri )
|
Yaa,,, Bisa dibilang begitu sih…
Mereka ntu temen lama…
Dulu ayahmu juga belajar ilmu
yang sama…
Cuman ayahmu luka waktu lagi
latihan.
|
22
|
Bang Piun
( Roy )
|
Hm…. ( mencoba mengingat )
Ayah inget waktu itu. Waktu itu ayah
ngelupain kata-kata guru ayah. Katanya ga boleh menggunakan ilmu itu buat mencelakakan anak kecil,,,
terus anak itu menghindar,,
Nah… kaki ayah kena pohon kelapa
di seberang rumah Bang Ijah.
|
23
|
Pitung
( Maulana )
|
Kata-kata guru itu harus diinget
kan yah?
|
24
|
Bang Piun
( Roy )
|
Betul itu tung! Jangan sampe lupa
itu!
|
25
|
FX
|
SUARA AYAM BERKOKOK DAN BURUNG
BERKICAU
|
26
|
Narator
( Ghozaly )
|
Kemudian
Keesokan harinya, sehabis salat subuh terjadi obrolan antara pitung dengan
Pok pinah di dapur
|
27
|
Pitung
( Maulana )
|
hoaaahmmmm….. ( menguap )
Hari ini ibu masak apa? Mau Pitung bantuin ga?
|
28
|
Pok Pinah
( Farri )
|
Ibu lagi masak makanan kesukaan mu,..
kalo kamu masih ngantuk,,, tidur
aja lagi,..
ga usah bantuin ibu.
|
29
|
Pitung
( Maulana )
|
Bener ibu ga mau dibantuin
Pitung?
|
30
|
Pok Pinah
( Farri )
|
Udah tidur aja lagi,.
tuh mata kamu masih ngantuk.
|
31
|
Pitung
( Maulana )
|
Ya sudah kalau begitu…
|
32
|
Narator
( Ghozaly )
|
Pok
Pinah memang selalu membiarkan Pitung tidur sampai siang bolong di hari
libur. Tetapi tidaklah demikian menurut Bang Piun, yang sedang berada di
kamar, yang kebetulan mendengar percakapan mereka.
|
33
|
Bang Piun
( Roy )
|
Tung! Jangan tidur
lagi, lebih baik kamu gembalakan saja kambing ini ke pinggiran hutan sana.
Disana banyak rumput yang masih hijau, kambing-kambing suka itu!, hari ini
ayah mau berkeliling kampung mencari buah-buah tetangga untuk dibeli.
( kesal kepada pitung
)
|
34
|
Pitung
( Maulana )
|
baik ayah!
|
35
|
Pok Pinah
( Farri )
|
Tung,..
kan kamu sampai sore,..
bawa bekal ini ya..!!!
|
36
|
Pitung
( Maulana)
|
terima kasih ibu!
|
37
|
Narator
( Ghozaly )
|
Kehidupan
keluarga Bang Piun memang serba terbatas, untuk mencukupi kebutuhan
sehari-harinya, mereka bergantung kepada hasil pertanian yang relatif
sedikit. Untuk menambah penghasilan, bang Piun sering berkeliling kampung
untuk mencari buah-buah yang tumbuh di kebun tetangga, kemudian ia jual lagi
setelah diperam.
|
38
|
FX
|
IN-UP-DOWN-OUT
|
39
|
Narator
( Ghozaly )
|
Pada
suatu hari, bang Piun ingin menjual kambingnya. Sayang, saat itu dia
berhalangan. Lalu ia memanggil Si Pitung.
|
40
|
Bang Piun
( Iwan )
|
Tung, bawa dua kambing ini ke
tanah abang, jangan dijual kalo harganya masih terlalu murah, jelas Tung?
|
41
|
Pitung
( Maulana )
|
Jelas yah.!!
|
42
|
Narator
( Ghozaly )
|
Lalu
si pitung menggiring dua kambingnya ke pasar Tanah Abang. Sesampainya di
sana, kambingnya segera dikerumuni pedagang karena gemuk dan sehat.
|
43
|
Bang Piun
( Roy )
|
Ayah percaya kamu pasti bakal
untung dan membawa pulang uangnya. (
menasehati )
|
44
|
Pedagang
|
Dik, saya tawar kambingmu itu
seharga 750 ribu boleh..???.
|
45
|
Pitung
( Maulana )
|
Baiklah saya jual.
|
46
|
Narator
( Ghozaly )
|
Dalam
waktu singkat si Pitung sudah bisa menghitung uangnya. Ia memutuskan untuk
pulang setelah solat dhuhur di mesjid. Di perjalanan pulang, Ia bertemu
dengan gerombolan berandalan
|
47
|
FX
|
SUARA RAMAI DAN GEMURUH
|
48
|
Berandal
( Gunawan )
|
Permisi, apakah kamu tahu dimana
jalan pengangsaan timur no 56?
|
49
|
Pitung
( Maulana )
|
Ooh, tinggal jalan lurus,
kemudian belok kiri di perempatan.
|
50
|
Berandal
( Gunawan )
|
Terima kasih banyak ya dik, maaf
mengganggu, maklum, kami baru disini.
|
51
|
Pitung
( Gunawan )
|
Ooh
iya tidak apa-apa
|
52
|
Narator
( Ghozaly )
|
Beberapa
saat kemudian pitung menyadari bahwa uangnya sudah tidak ada di saku,
kemudian Pitung menyadari bahwa pasti berandalan tadi yang telah mengambil
uangnya
|
53
|
FX
|
SUARA DERIT JEMBATAN
|
54
|
Pitung
( Maulana )
|
Hah, kemana uangku? Pasti dicopet
sama berandalan tadi.!
Tolong.. tolong.. ada copet…!!!! ( berteriak )
|
55
|
FX
|
SUARA LANGKAH KAKI BERLARI
|
56
|
Narator
( Ghozaly )
|
Segera
Pitung menghampiri berandalan itu, benarlah apa yang diperkirakan Pitung,
memang mereka yang mencopet uangnya. Namun, berandalan itu enggan mengakui
perbuatan mereka, sehingga adu tinju pun tak terelakkan lagi. Karena sudah
biasa dilatih silat, maka berandal itu pun kalah tangkas daripada si Pitung
dan menyerah.
|
57
|
Berandal
( Gunawan )
|
Ampun Tung, saya mengaku kalah.
Kamu Hebat. ( ketakutan )
Bagaimana kalau kamu menjadi
pimpinan kami saja?
Jadi jagoan pasar lumayan lho..
|
58
|
Pitung
( Maulana )
|
Enak saja, rakyat banayk yang
menderita mengapa mereka malah dirampas hartanya? Seharusnya kita melindungi
nasib orang banyak.. ( dengan nada
marah )
|
59
|
Berandal
( Gunawan )
|
Bagaimana caranya?
Jadikanlah saya pengikutmu, maka
kami akan membantu menolong orang yang menderita itu. ( ketakutan )
|
60
|
Pitung
( Maulana )
|
Baiklah, namun kalian harus
berjanji untuk setia padaku.
|
61
|
Berandal
( Gunawan )
|
Iya Tung.. pasti
|
62
|
Narator
( Ghozaly )
|
Pitung
mencari akal, gimana bagaimana ya caranya agar dapat membantu menolong orang
yang menderita. Akhirnya ia menemukan
suatu cara, memang harus ada korban harta benda, namun ada manfaat di balik
semuanya itu. Rakyat yang menderita mendapat bantuan. Baik berupa uang maupun
makanan.
|
63
|
Pitung
( Maulana )
|
Baiklah teman,,,
kita dapat menolong orang-orang dengan cara
mencuri dari para tuan tanah dan tauke.,,
kenudian hasilnya kita bagikan
kepada teman-teman kita yang miskin,,
ginama teman-teman…????
|
64
|
Berandal
( Gunawan )
|
Siap Tung,, siaap…
|
65
|
FX
|
SUARA ORANG KAGET DAN KETAKUTAN
|
66
|
Narartor
( Ghozaly )
|
Kemudian
tetangga yang sangat menderita tiba2 mendapatkan sepikul beras dan uang
sekaranya. Demikian pula satu keluarga yang terjerat utang dari tuan tanah,
tiba2 mendapatkan santunan.anak miskin mendapatkan kiriman baju dan bingkisan
lainnya. Tetapi para tauke dan tuan-tuan tanah bersama centengnya merasa
ketakutan
|
67
|
FX
|
SUARA JANGKRIK DAN KATAK
|
68
|
Narrator
( Ghozaly )
|
Pada
malam harinya, di daerah jembatan lima terjadi pencurian yang dilakukan oleh
pitung dan teman-temannya
|
69
|
Pitung
( Maulana )
|
hari ini kita akan mencuri dari
rumah besar ini. Hati2 jangan sampai ketahuan para centeng. ( memerintah )
|
70
|
Berandal
( Gunawan )
|
Baik tung,, baik…
|
71
|
Narator
( Ghozaly )
|
Aksi
pitung dan gerombolannya membuat para polisi dan serdadu kompeni marah besar.
|
72
|
Schout
( Iwan )
|
( Menggebrak meja )
Apa saja yang kalian kerjakan.
Kenapa kalian tidak dapat menangkap gerombolan pencuri tersebut?
|
73
|
Serdadu
( Tunggal )
|
mereka beraksi dengan sangat
bersih tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.
|
74
|
Schout
( Roy )
|
saya tidak mau tahu. Pokoknya
kalian harus dapat menangkap gerombolan tersebut dan jangan pernah kembali
sebelum mereka tertangkap!
|
75
|
Narator
( Ghozaly )
|
Pada
suatu malam ketika pitung sedang beraksi ternyata gerak geriknya sudah
tercium oleh para serdadu.
|
76
|
FX
|
SUARA TEMBAKAN
|
77
|
Serdadu
( Tunggal )
|
sekarang kau tidak bisa lari
lagi..!!
|
78
|
Narator
( Ghozaly )
|
Akhirnya
si pitung berhasil tertangkap, namun beberapa hari kemudian si pitung
berhasil melarikan diri melalui atap.
|
79
|
Serdadu
( Tunggal )
|
si pitung kabur! Si pitung kabur!
|
80
|
Schout
( Iwan )
|
bagaimana bisa begitu,,!?
Cepat temukan dia sekarang..!!!
aku tidak mau tau…!!!! ( marah )
|
81
|
Serdadu
( Tunggal )
|
itu dia si pitung..!!!
Dia lari kea rah gerbang
belakang….!!!!
|
82
|
Schout
(Iwan )
|
tembak dia,,!!
Tembak dia sekarang..!!!!
|
83
|
FX
|
SUARA TEMBAKAN
|
84
|
Narator
( Ghozaly )
|
Namun
semua tembakan tidak berhasil melumpuhkan pitung. Kemudian schout pun
berpikir.
|
85
|
Schout
( Iwan )
|
Hmmm… ( berfikir )
bagaimana mungkin peluruku tidak
melukainya. Apakah mungkin pitung kebal terhadap peluru itu ya..???
|
86
|
Narator
( Ghozaly )
|
Akhirnya
si pitung berhasil melarikan diri dari serdadu kompeni. beberapa hari
kemudian. schout bersama serdadu memasuki kampung rawabelong untuk mencari
keberadaan si pitung.
|
87
|
Schout
( Iwan )
|
Ayooo…!!!
cepat kumpulkan para lelaki di
kampung ini..!!
|
88
|
Serdadu
( Tunggal )
|
Baik tuan,, baik tuan,,,,
|
89
|
Narator
( Ghozaly )
|
Dan
akhirnya pok pinah, bang piun dan haji naipin ditangkap karena mempunyai
hubungan keluarga dengan si pitung.
|
90
|
Schout
( Iwan)
|
Heii,,,!!!
cepat katakan! Mengapa si pitung
kebal terhadap peluru saya,,
aku tidak mau tau.. pokoknya
cepat katakan…!!!!
|
91
|
Haji naipin
(Eko )
|
(dengan gugup)
a..k..u tidak tau tuan…
a..k..u tidak tau tuan… ( ketakutan )
|
92
|
Schout
( Iwan)
|
jangan berbohong! Atau kau ingin
peluru ini menembus kepalamu.. hah..!!!
|
93
|
Narator
( Ghozaly )
|
Dengan
berat hati haji naipin membuka rahasia kekebalan muridnya. Di waktu yang sama
si pitung tengah berada di rumah kekasihnya di kotabambu. Lantas pergilah
schout dan pasukannya ke sana.
|
94
|
Schout
( Iwan )
|
Heii….!!!
pitung cepat keluar.!!
Rumah ini sudah dikepung oleh
pasukan ku..
Ayoo,,, Menyerahlah kau...!!! ( marah )
|
95
|
Narator
( Ghozaly )
|
Kemudian
terjadilah pertempuran antara schout melawan si pitung. Tetapi musuh terlalu
kuat sehingga hanya pitung yang dapat bertahan.
|
96
|
Schout
( Iwan )
|
cepat lemparkan telur busuk itu..!!
|
97
|
Serdadu
( Tunggal )
|
Baik tuan,, baik…
|
98
|
Schout
( Roy )
|
sekarang. Tembak..!!
segera..!!! |
99
|
FX
|
SUARA TEMBAKAN
|
100
|
Narator
( Ghozaly )
|
Kemudian
tamatlah riwayat si pitung. Namun, karena jasa-jasanya bagi rakyat kecil yang
pernah ditolongnya, si pitung tetap dikenang sebagai pahlawannya. Akan tetapi
bagi orang yang pernah dirugikan, si pitung tetap dianggap sebagai penjahat.
Dia sudah sepantasnya mendapatkan ganjaran itu
|
101
|
Musik
Transisi
|
Backsound Acara
IN-UP-DOWN-OUT
|
102
|
Announcer
|
Waahh,,,
menarik juga yaa kisahnya….
semoga
itu tadi bisa menambah wawasan kita mengenai legenda-legenda di Indonesia yaa…
Sekian dulu untuk kali ini,, kita
ketemu lagi minggu depan dengan kisah-kisah yang lain,, yang lebih menarik.. tentuya
di 109,7 C-
FM Radio (Radionya Para Remaja)
SEE
YOU…and BYE…BYE…
|
103
|
Musik
|
CLOSING
IN-UP-DOWN-OUT
|