Judul
LEGENDA
BANYUWANGI
1. Raja
2. Raden
Banterang
3. Aria
(penggiring)
4. Topa
(penggiring)
5. Surati
6. Rupaksa
Naskah Drama
Raden Banterang : “Ayah,, ijinkan Ananda berburu hari
ini”
Raja : “Sudah hampir
setiap pagi nak kamu berburu,, akan berburu apa
lagi..???””
Raden Banterang : “Iya ayah,, tapi Ananda sangat gemar
berburu”
Raja : “ Ya sudah,, ayah
ijinkan kau berburu”
Raden Banterang : “Terimakasih ayah”
Raja : “ Iya,, ayah mau
berkeliling dulu,, hati-hati anakku”
Setelah mendapatkan ijin dari
Ayahandanya, lalu Raden Banterang memanggil Aria dan Topa untuk mempersiapakan
peralatan berburu
Raden Banterang : “ Aria,,,, Topa….!!!”
Aria : “Iya den”
Raden Banterang : “Mana Topa..??”
Aria : “Dia sedang mengantar
Ayah Raden berkeliling”
Raden Banterang : “Pagi hari ini aku akan berburu ke
hutan. Siapkan alat berburu,”
Aria : “ Baik den akan
saya siapkan peralatan berburu”
Raden Banterang : “ Kau dan Topa harus menemaniku”
Aria : “ Baik den “
Setelah peralatan berburu siap,
Raden Banterang disertai dua pengiringnya tersebut berangkat ke hutan. Ketika
Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di
depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan.
Aria : “kemana Raden Banterang.???”
Topa : “Bukannya tadi Raden ada di depan kita
..?”
Aria : “ Tidak,, ada”
Topa : “ aduuh,, bagaimana ini ..???”
Aria : “Ayoo kita cari,, keselamatan Raden
sangat terancam jika berada di hutan seperti
ini
sendirian “
Raden Banterang menerobos semak
belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Akhirnya
Ia terpisah dengan para pengiringnya. Lalu Ia tiba di sebuah sungai yang sangat
bening airnya.
Raden Banterang : “Kemana seekor kijang tadi?”
“Akan
ku cari terus sampai dapat,”
“
Huh,, tapi akau sangat lelah,,
“
waah kebetulan,, itu didepan ada sungai,,”
“Hem,
segar nian air sungai ini” (Raden Banterang meminum air sungai)
Raden Banterang minum air sungai
itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai. Namun
baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis
cantik jelita.
Raden
Banterang : “Ha? Seorang gadis
cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia?
Jangan-jangan
setan penunggu hutan,” ( bergumam)
“
Siapakah gerangan gadis itu..??? ”
Karena
penasaran, akhirnya Raden Banterang memberanikan diri untuk mendekati gadis
itu.
Kemudian
dia bertanya kepada gadis itu
Raden Banterang : “Kau manusia atau penunggu hutan?”
Surati : “Saya manusia,” ( jawab gadis itu sambil tersenyum )
Raden Banterang : “ maaf,, kamu siapa .??”
Surati : “Nama saya Surati
berasal dari kerajaan Klungkung”.
“Saya
berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan
musuh.
Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan,”
Mendengar ucapan gadis itu, Raden
Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung
itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana.
Raden
Banterang : “ Sungguh malang nasib
mu”
“Aku
tidak tega meninggalkanmu disini sendiri”
“Maukah
kau ikut denganku,, pulang keistanaku”
Surati : “ Sungguh baik
hatimu,, aku mau ikut dengan mu”
(
Jawab surati sambil tersenyum )
Akhirnya Raden Banterang membawa
Surati pulang ke Isatana. Sebelum sampai
ke Istana, Raden Banterang bertemu dengan Aria dan Topa
Aria :
“ Topa,, sepertinya ada suara langkah kaki mendekat kesini”
Topa :
“ mana-mana..” (mencoba mendengarkan)
“
iya,, benar,,benar,, ada suara langkah kaki “
Aria :
“ semoga saja itu Raden Banterang yaa”
Raden
Banterang : “ Aria,, Topa..!!” (
berteriak dari kejauhan )
Aria : “waah,, benar itu
Raden Banterang”
“
Tapi,, dia dengan siapa itu Pa..??”
Topa : “ Sepertinya
dengan seorang gadis,, siapa yaa..???”
Raden
Banterang : “ Kalian pasti bertanya-tanya
kan siapa gadis yang ku ajak ini..??”
Aria
dan Topa : “ Iya den “
Raden
Banterang : “ Nanti Aku
ceritakan,,”
Topa : “ Baiklah den,,
sekarang mari kita pulang ke Istana “
Aria : “ Hari pun sudah
mulai gelap,, pasti Ayahanda Raden sangat
mengkhawatirkan
Raden”
Raden
Banterang : “ Baiklah,, mari kita
semua pulang “
Akhirnya mereka semua pulang ke
Isatana. Sesampainya disana Raden
Banterang memperkenalkan Surati kepada Ayahandanya dan Raden Banterang juga menceritakan
pertemuannya dengan Surati.
Raden
Bnterang : “ Ayah..!!” (Raden Bnterang memanggil ayahnya)
Raja :
“ Syukurlah kau sudah pulang,, aku sungguh mengkhawatirkanmu “
“
berburu kemana saja kau hari ini..??”
“
Hari sudah hampir gelap begini kau baru pulang “
Raden
Banterang : “ Iya,, maaf ayah,,
tadi Ananda mengejar seekor kijang hingga masuk
Jauh
ke hutan “
Raja : “ Ya sudah,,
tidak apa-apa,, yang penting kau pulang dengan selamat”
“Hmm,,
siapa gadis yang kau bawa itu..??”
Raden
Bnterang : “ Namanya Surati,,
Ayah..”
“Tadi
kami bertemu di Hutan,, Ananda merasa kasihan dan tidak tega jika harus
meninggalkan dia sendirian di hutan,, jadi Ananda ajak kesini,, bolehkan dia
tinggal disini ayah ..???” (dengan wajah
memelas)
Raja : “ Ya sudah,, dia
boleh tinggal disini
Akhirnya Ayahandanya mengijinkan
Surati tinggal di Istananya. Setelah
beberapa lama tinggal di Istana, Raden Banterang semakin dekat denag
Surati. Akhitnya tak beberapa lama
kemudian mereka menikah dan membangun keluarga bahagia.
Pada suatu hari, Surati berjalan-jalan
sendirian ke luar istana. Lalu ia dipanggil oleh seorang laki-laki yang
berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar
bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa.
Rupaksa : “Surati..!! Surati..!!”,
Surati : “ Kakak…!!” ( Surati terkejut melihat keadaan kakaknya )
Rupaksa : “ Surati,, kakak datang kemari untuk mengajakmu membalas
dendam,
karena
Raden Banterang telah membunuh Ayahanda kita”
Surati : “ Tidak Kak,, tidak mungkin aku
membantu mu,, Aku sudah menikah dengan
Raden
Banterang. Aku telah berhutang budi padanya “
Rupaksa : “ Apppaa …!!!”
“Kau
sudah menikah denagnnya..????”
“Dan
kau tidak mau membantuku..??”
Surati : “ Iya Kak,, maafkan aku” (sedih)
Rupaksa marah mendengar jawaban
adiknya yang seperti itu. Namun, dengan pikiran liciknya ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa
ikat kepala kepada Surati
Rupaksa : “ Baiklah,, jika ka uterus saja
tidak mau membantuku “
“
Ini,, kuberikan ikat kepala ini pada mu
“
“Ikat
kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu”
Surati : “ Baik kak “
Rupaksa pun pergi meninggalkan
Surati. Pertemuan Surati dengan kakak
kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden Banterang
sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan,
tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki
berpakaian compang-camping.
Rupaksa : “Tuanku, Raden
Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya
yang
direncanakan oleh istri tuan sendiri,”
Raden
Bnterang : “ jangan sembarangan
bicara kau..!!!”
Rupaksa : “Tuan bisa melihat
buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang
diletakkan
di bawah tempat tidurnya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong
untuk membunuh Tuan,”
Setelah mengucapkan kata-kata itu,
lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah
Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke
istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke tempat tidur
istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian
compang-camping yang telah menemui di hutan.
Surati : “ Ada apa
Kakanda..????”
“Apa
yang kau cari..???”
Raden
Banterang : “Haa..!! Benar kata lelaki itu..!! Ikat kepala ini sebagai
bukti.!!”
“Kau
merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala
ini,, iya kan …!!!”
(
tuduh Raden Banterang kepada istrinya )
“Begitukah
balasanmu padaku haa..?” ( tandas Raden Banterang )
Surati : ”Jangan asal tuduh.
Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh
Kakanda,
apalagi minta tolong kepada seorang lelaki..!!”
Raden
Banterang : “ Aku tidak
percaya… jelas sudah bukti ini..!! “
(
Raden Banterang murka )
Raden Banterang tetap pada
pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan
hidupnya. Sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin
mencelakakan istrinya. Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di
sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang
pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang
istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian
compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya
Surati :
“Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang
memberi
sebuah ikat kepala kepada Adinda,”
Raden
Banterang : “ aku tidak percaya
pada mu lagi…!!”
Surati : “Kakanda suamiku.!!
Bukalah hati dan perasaan
Kakanda.!! Adinda
rela
mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk
menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama
Rupaksa,”
Raden
Banterang : “ Tidaak,, aku tetap
tidak percaya..!! “
Surati : “Kakak Adindalah
yang akan membunuh kakanda.!! Adinda dimintai
bantuan,
tetapi Adinda tolak.!!”
Raden
Banterang : “ Bohong ..!!!! Kau berbnohong.. Iya kan ..!!!”
Surati : “ Baiklah Kakanda,
jika Kakanda tetap tidak mempercayaiku”
“Kakanda.!!
Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak
bersalah.!! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah.!!”
( seru Surati )
Raden Banterang menganggap ucapan
istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang
terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai
lalu menghilang. Tidak berapa lama,
terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat
kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar.
Raden Banterang : “Istriku tidak berdosa.!! Air kali ini harum baunya.!!”
(
sangat sedih dan menyesal )
Betapa menyesalnya Raden Banterang.
Ia meratapi kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah
terlambat. Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut
Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian
menjadi nama kota Banyuwangi
Gooooooood I Like It.............
BalasHapusmakasih ya
BalasHapusSIPPPPPPPP
BalasHapussemoga bermanfaat :)
BalasHapus