Kamis, 01 Juli 2010

Aspek-Aspek Psikis Remaja

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia tersebut, salah satu yang paling penting dan paling menjadi pusat perhatian adalah masa remaja. Para orang tua, pendidik dan para tenaga profesional lainnya mencoba untuk menerangkan dan melakukan pendekatan yang efektif untuk menangani para remaja ini. Masa remaja yang dimaksudkan merupakan periode transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan dengan jelas, sehingga banyak ahli yang berbeda dalam penentuan rentang usianya. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa masa remaja berawal dari usia 12 sampai dengan akhir usia belasan ketika pertumbuhan fisik hampir lengkap.
Salah satu pakar psikologi perkembangan Elizabeth B. Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa secara hukum. Masa remaja terbagi menjadi dua yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan masalah tersebut sebagai berikut :
1. Pemahaman tentang perkembanga emosi remaja
2. Permasalahan perkembangan intelek remaja
3. Permasalahan perkembangan bakat khusus remaja

C. Tujuan
Setelah memepelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang perkembangan emosi remaja, perkembangan intelek remaja, perkembangan bakat khusus remaja, upaya-upaya pengembangannya, serta impilikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN


A. Perkembangan Emosi Remaja
Perasaan dan emosi merupakan dua bagian integral dari keseluruhan psikis individu. Sebagai fungsi psikis, perasaan dan emosi sangat berpengaruh pada fungsi psikis, seperti: pengamatan, tanggapan, pemikiran, dan kemauan. Individu akan mengalami pengalaman, pengamatan, dan tanggapan yang positif jika disertai oleh perasaan emosi positif terhadap suatu objek pengamatan. Sebaliknya Individu akan mengalami pengalaman, pengamatan, dan tanggapan yang negatif jika disertai oleh perasaan dan emosi yang negatif.
1. Pengertian Emosi
Emosi merupakan satu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku. (CP. Chaplin, 1989:163)
Sedangkan perasaan merupakan pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah. (CP. Chaplin, 1989:163)
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa emosi bersifat lebih intens daripada perasaan dan mencakup organisme sebagai suatu totalitas, sedangkan perasaan labih sederhana yang biasanya menyangkut rasa senang, tidak senang, rasa lega, kecewa, dan semacamnya, tanpa disertai perubahan tingkah laku yang amat hebat, mendalam, dan ekspresif.

2. Hubungan antara Emosi dan Tingkah Laku
Beberapa perbedaan pendapat mengenai hubungan antara emosi dan tingkah laku. Pendapat-pendapat ini disebut dengan teori emosi. Teori-teori tersebut adalah:
a. Teori Sentral
Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh seseorang. (Mahfud Salahudin, 1986:110)



b. Teori Pripheral
Menurut teori ini, bahwa gejala-gejala kejasmanian atau tingkah laku seseorang, bukanlah merupakan akibat dari emosi, melainkan emosi yang dialami oleh individu itu, sebagai akibat dari gejala-gejala kejasmanian. (CP. Chaplin, 1989:264)
c. Teori Kepribadian
Menurut teori ini, bahwa emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan jasmani.
d. Emergency Theory of The Emotion (Teori Kedaruratan Emosi)
Menurut teori ini, bahwa reaksi mendalam (visceral) dari kecepatan jantung yang semakin bertambah akan menambah cepatnya aliran darah menuju ke urat-urat, hambatan-hambatan pada pencernaan, pengembangan atau pemuaian kantung-kantung dalam paru-paru dan proses lainnya yang mencirikan secara khas keadaan emosional seseorang, kemudian menyiapka organism untuk melarikan diri atau untuk berkelahi, sesuai dengan penilaian terhadap situasi yang ada oleh kulit otak. (CP. Chaplin, 1989:162)

Menurut uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perbuatan atau tingkah laku seseorang merupkan akibat dari emosi yang dialami orang tersebut, bukan sebaliknya.

3. Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja
Masa remaja atau masa adolesensia merupakan masa peralihan atau masa transisi antar masa anak ke masa dewasa. Pada masa ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-sifat kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas menangani peran yang dituntut oleh lingkungan. Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.
Biasanya pada masa ini, energy mereka besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna, kadang para remaja sering mengalami rasa tidak aman, tidak tenang, khawatir, dan kesepian. Berikut garis besar tarf perkembangan remaja :
a. Periode Praremaja
Dalam periode ini, terjadi gejala-gejala yang hampir sama baik untuk pria maupun wanita. Perubahan fisik belum nyata, gerakan-gerakan mereka mulai kaku, serta adanya kepekaan terhadap rangsangan-rangsangan dari luar.
b. Periode Remaja Awal
Dalam periode ini, perubahan alat-alat kelamin fisik semakin nyata, maka terlihat bahwa anak-anak mempunyai kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu. Mereka banyak menyendiri dan terasing. Artinya mereka harus memilih antara berdiri sendiri atau menggantungkan diri pada orangtuanya.
c. Periode Remaja Tengah
Dalam periode ini, nilai-nilai sosial terbawa-bawa sebagai masalah, karena mereka mulai meragukan tentang apa yang disebut baik atau buruk dan ingin membentuk nilai mereka sendiri.
d. Periode Remaja Akhir
Dalam periode ini, remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa. Hubungannya dengan orang tua menjadi lebih mudah, emosinya pun mulai stabil, serta dapat bertanggungjawab. Periode ini berlangsung dari usia 18-21 tahun.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Remaja
a. Perubahan jasmani.
Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh jasmani tidak seimbang. Tidak setiap anak bisa menerima perubahan tersebut, karena tidak selalu menguntungkan baginya. Lebih-lebih jika perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat.
b. Perubahan dalam hubungannya dengan orangtua.
Banyak orangtua yang mendidik anaknya secara otoriter, memanjakan anaknya, dengan rasa acuh, tetapi juga ada yang penuh dengan kasih sayang. Sikap-sikap ini dapat menyebabkan ketegangan dan ketidaktegangan yang semuanya berpengaruh pada perkembangan mental remaja, termasuk perkembangan emosi.
c. Perubahan dalam hubungannya dengan teman-teman.
Yang paling dominan saat ini , dan sering mendatangkan masalah yaitu hubungan cinta terhadap lawan jenis. Gejala ini sebenarnya sehat, tetapi kemungkinan terjadinya konflik-konflik juga ada, sehingga orang tua tidak selalu merasa gembira jika anak mereka jatuh cinta. Gangguan emosional yang mendalam dapat terjadi akibat cinta yang tidak terbalas atau karena pemutusan hubungan dari satu pihak.
d. Perubahan pandangan luar.
Pandangan-pandangan luar biasanya dapat menyebabkan konflik-konflik,misalnya:
• Sikap dunia luar terhadap anak remaja yang tidak konsisten.
• Dunia luar /masyarakat masih mempunyai nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan.
• Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak yang kurang bertanggung jawab,yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut dalam penggunaan obat bius.
e. Perubahan dalam hubungannya dengan sekolah.
Para guru masih merupakan tokoh yang sangat penting dalm kehidupan anak kecil, karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Dalam menuju perbaharuan, para remaja sering terbentur pada nilai-nilai yang tidak dapat mereka terima/yang sama sekali bertentangan dengan nilai-nilai yang menarik bagi mereka. Pada saat ini timbullah idealism untuk mengubah lingkungan

5. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi mengalami juga proses maturasi, dan maturasi ini mempunyai hubungan yang erat dengan pertumbuhan dan perkembangan. Secara individual setiap individu akan mengalami perbedaan dalam perkembangan emosi


B. Perkembangan Intelek Peserta Didik
1. Pengertian Intelek
• Menurut Mahfudh Solahudin, intelek adalah akal budi atau intelegensi yang berarti kemampuan untuk meletakan hubungan-hubungan dari proses berfikir
• Menurut William Stern, intelegensi adalah kemampuan untuk menggunakan secara tepat segenap alat-alat bantu dari pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru.
• Menurut Leuis Hediso Terman, intelegensi adalah kesanggupan untuk belajar secara abstrak.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian intelek tidak berbeda dengan intelegensi, yaitu kemempuan untuk skema-skema berfikir dan abstraksi-abstraksi, juga berkenaan dengan berfikir logis dan cepat, sehingga dengan kemampuan tersebut orang dapat bergerak dan meyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.

2. Hubungan Intelek dengan Tingkah Laku
Hubungan atau relasi antara organisme dengan lingkungannya lebih bersifat interaksi timbal balik. Hanya dalam bentuk interaksinya juga setiap perubahan tingkah laku adalah merupakan hasil dialegtis pengaruh timbal balik antara organisme dan lingkungan.

3. Karakteristik Perkembangan Intelek
a. Taraf perkembanagn sensori-motoris
Ciri-cirinya :
• Segala tindakan-tindakan tegantung pada naluri
• Aktifitas pengalaman tergantung langsung melalui pengalaman iderawi
• Anak melihat dan meresapi apa yang terjadi, tetapi belum mempunyai cara untuk mengkategorikan pengalaman itu
• Pada taraf individu mulai belajar menangani objek-objek konkrit melalui skema-skema sensori-motorisnya


b. Taraf praoperasional
Cirri-cirinya :
• Individu telah mengkombinasikan dan mentransformasikan berbagai informasi
• Individu telah mampu mengemukakan alsan-alasan dalam menyatakan ide-ide
• Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa konkrit, meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat
• Berfikir egosentris
c. Taraf konkrit-operasional
Ciri-cirinya adalah segala sesuatu dipahami sebagai mana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami.
d. Taraf formal-operasional
Ciri-cirinya adalah individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi
4. Faktor-faktor yang Mempengarhi Perkembangan Intelek
a. Faktor Heriditas
b. Faktor lingkungan, meliputi keluarga dan sekolah

C. Perkembangan Bakat Khusus Remaja
1. Pengertian Bakat Khusus
Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. (Semiawan, 1987:2), bakat khusus biasa disebut talent

2. Berbagai Bakat Khusus
Ragam bakat khusus baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud menurut Semiawan (1987:5) dan Munandar (1987:21) diklasifikasikan dalam 5 bidang kemampuan yaitu :
a. Bidang akademik khusus
b. Berfikir kreatif-produktif
c. Seni
d. Kinestetik/psikomotorik
e. Sosial

3. Hubungan antara bakat dan prestasi
Bakat dan kemampuan menentukan prestasi seseorang. Tetapi jika bakat masih berupa potensi, orang yang berbakat belum tentu mampu mencapai prestasi yang tinggi dalm bidangnya. Bakat memang sangat menentukan prestasi seseorang, tetapi sejauh mana bakat itu akan terwujud dan menghasilkan suatu prestasi, masih banyak variable yang turut menentukan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus
a. Faktor Intra-individual
Faktor yang bersumber pada diri individu, meliputi minat, motivasi berprestasi dan keuletan dalam mengatasi kesulitan atau tantangan yang mungkin timbul
b. Faktor ekstra-individual
Variable lingkungan dimana individu tumbuh dan berkembang, meliputi kesempatan, sarana dan prasarana, dukungan dan dorongan orang tua.

5. Perbedaan individu dalam bakat khusus
Perbedaan bakat khusus ini dapat teletak pada jenis atau ragam, tetapi juga pada tingkat atau derajat kepemilikan bakat khusus tertentu (Semiawan, 1987:3; Munandar,1992:14). Perbedaan individu termasuk perbedaan dalam hal bakat khusus merupakan fakta universal, suatu kenyataan dalam perkembangan (Hurlock, 1986:7)

6. Upaya Pengembangan Bakat Khusus Remaja dan Implikasinya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
a. Dikembangkan suatu situasi dan kondisi yang memberikan kesempatan bagi anak dan remaja untuk mengebangkan bakat khususnya dengan mengusahakan dukungan baik psikologis maupun fisik
b. Dilakukan usah pertumbuhkembangan minat dan motivasi berprestasi yang tinggi serta kegigihan dalam melakukan usaha di kalangan anak dan remaja, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat oleh semua pihak yang terkait
c. Dikembangkan program pendidikan berdiferensi di lingkungan lembaga pendidikan formal (sekolah) guna memberikan pelayanan secara lebih efektif kepada anak dan remaja yang memiliki bakat khusus.


BAB III
PENUTUP

Simpulan
Masa remaja sebagai periode perkembangan yang paling penting bagi individu, pada kenyataannya merupakan suatu periode yang sarat dengan perubahan dan rentan munculnya masalah. Meskipun demikian adanya pemahaman yang baik serta penanganan yang tepat terhadap remaja merupakan faktor penting bagi keberhasilan remaja di kehidupan selanjutnya, mengingat masa ini merupakan masa yang paling menentukan. Selain itu perlu adanya kerjasama dari remaja itu sendiri, orang tua, guru dan pihak-pihak lain yang terkait agar perkembangan remaja di bidang pendidikan dan bidang-bidang lainnya dapat dilalui secara terarah, sehat dan bahagia agar pada masa ini mereka dapat meninggalkan sifat-sifat kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali seseorang merasa bingung dan tidak jelas menangani peran yang dituntut oleh lingkungan. Oleh karena itu perlu perhatian dan penanganan khusus bagi remaja dalam melewati masa ini.


DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth. B. 1980. Developmental Psychology A life-Span Approach, fifth edition. New Delhi :Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd.
Chaplin CP. 1987. Kamus Lengkap Psikologi. Alih bahasa oleh Kartini Kartono. Jakarta: Rajawali Press.
Mahfudh Salahudin. 1986. Pengantar Psikologi Umum . Surabaya: Sinar Wijaya
Munanadar SC. Utami. 1992. Mengembangkan Bakat Dan Kreatifitas Anak (petunjuk bagi guru dan orang tua). Jakarta: Grasindo
Piaget, Jean. 1998. Antara Tindakan dan Pikiran. Disunting dan Diberi Pengantar Oleh Agus Creners. Jakarta: Gramedia
Semiawan, Conny, dkk. 1987. Memupuk Bakat dan Kreatifitas Siswa Sekolah Menengah (petunjuk bagi guru dan orang tua). Jakarta: Gramedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar